Senin, 27 September 2010 | By: Tri Kustanti

CINTA 1

Cinta tidak pernah meminta, ia sentiasa memberi, cinta membawa penderitaan, tetapi tidak pernah berdendam, tak pernah membalas dendam. Di mana ada cinta di situ ada kehidupan; manakala kebencian membawa kepada kemusnahan.

Tuhan memberi kita dua kaki untuk berjalan, dua tangan untuk memegang, dua telinga untuk mendengar dan dua mata untuk melihat. Tetapi mengapa Tuhan hanya menganugerahkan sekeping hati pada kita? Karena Tuhan telah memberikan sekeping lagi hati pada seseorang untuk kita mencarinya. Itulah namanya Cinta.

Ada 2 titis air mata mengalir di sebuah sungai. Satu titis air mata itu menyapa air mata yg satu lagi,” Saya air mata seorang gadis yang mencintai seorang lelaki tetapi telah kehilangannya. Siapa kamu pula?”. Jawab titis air mata kedua itu,” Saya air mata seorang lelaki yang menyesal membiarkan seorang gadis yang mencintai saya berlalu begitu sahaja.”

Cinta sejati adalah ketika dia mencintai orang lain, dan kamu masih mampu tersenyum, sambil berkata: aku turut bahagia untukmu.
Selasa, 21 September 2010 | By: Tri Kustanti

Do'a Seorang Calon Istri Shalehah

Ya ALLAH,
Aku berdoa untuk seorang pria yang akan menjadi bagian dari hidupku.
Seorang yang sungguh mencintaiMU lebih dari segala sesuatu.
Seorang pria yang akan meletakkanku pada posisi kedua di hatinya setelah Engkau.
Seorang pria yang hidup bukan untuk dirinya sendiri tetapi untukMU.
Wajah ganteng dan daya tarik fisik tidaklah penting.

Yang paling penting adalah sebuah hati yang sungguh mencintai dan haus akan Engkau
dan memiliki keinginan untuk menjadi seperti Engkau (menauladani sifat-sifat Agung Mu).Dan ia haruslah mengetahui bagi siapa dan untuk apa ia hidup, sehingga hidupnya tidaklah sia-sia.

Seseorang yang memiliki hati yang bijak bukan hanya otak yang cerdas.
Seorang pria yang tidak hanya mencintaiku tetapi juga menghormati aku.
Seorang pria yang tidak hanya memujaku
tetapi dapat juga menasehati ketika aku berbuat salah.
Seorang yang mencintaiku bukan karena kecantikanku tetapi karena hatiku.
Seorang pria yang dapat menjadi sahabat terbaikku dalam tiap waktu & situasi.
Seseorang yang dapat membuatku merasa sebagai seorang wanita ketika berada disebelahnya.

Aku tidak meminta seorang yang sempurna,
Namun aku meminta seorang yang tidak sempurna,
sehingga aku dapat membuatnya sempurna dimataMU.
Seorang pria yang membutuhkan dukunganku sebagai peneguhnya.
Seorang pria yang membutuhkan doaku untuk kehidupannya.
Seseorang yang membutuhkan senyumanku untuk mengatasi kesedihannya.
Seseorang yang membutuhkan diriku untuk membuat hidupnya menjadi sempurna.

Dan aku juga meminta:
Buatlah aku menjadi seorang perempuan yang dapat membuat,pria itu bangga.
Berikan aku sebuah hati yang sungguh mencintaiMU,
sehingga aku dapat mencintainya dengan cintaMU,
bukan mencintainya dengan sekedar cintaku.
Berikanlah SifatMU yang lembut sehingga kecantikanku datang dariMU bukan dari luar diriku.
Berilah aku tanganMU sehingga aku selalu mampu berdoa untuknya.
Berikanlah aku penglihatanMU sehingga aku dapat melihat banyak hal baik dalam dirinya
dan bukan hal buruk saja.
Berikan aku mulutMU yang penuh dengan kata-kata kebijaksanaanMU dan pemberi semangat,
sehingga aku dapat mendukungnya setiap hari,
dan aku dapat tersenyum padanya setiap pagi
dan slalu memberikan semangat untuknya

Dan bilamana akhirnya kami akan bertemu,
aku berharap kami berdua dapat mengatakaan
“Betapa besarnya ALLAH itu karena Dia telah memberikan kepadaku
seseorang yang dapat membuat hidupku menjadi sempurna”.

Aku mengetahui bahwa Engkau menginginkan kami bertemu
pada waktu yang tepat dan Engkau akan membuat segala sesuatunya indah pada waktu yang Kau tentukan.
Senin, 20 September 2010 | By: Tri Kustanti

Pesona Wanita Shalehah

Seperti indahnya pelangi yang menghiasi sore hari, begitulah mungkin perumpamaan wanita sebagai penghias dunia ini. Dan bahkan lebih penting dan berarti lagi dari hanya sekedar perhiasan. Kita mungkin tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya dunia ini tanpa adanya wanita?

Kata Rhoma Irama dalam lagunya, “hidup tanpa cinta, bagai taman tak berbunga”. Cinta itu ibarat seorang wanita. Bisa dikatakan wanita adalah sumber inspirasi cinta. Boleh jadi seandainya tidak ada wanita, maka tidak ada cinta. Ya, mungkin begitulah jika para pujangga berbicara tentang korelasi antara cinta dan wanita.
Lantas wanita yang bagaimanakah yang benar-benar bisa menjadikan hidup kita ini indah, yang dapat menghiasi setiap alunan nafas kita, menemani setiap detak jantung kita sehingga berbuah menjadi sebuah tasbih kepada Allah?
Maka jawabanya termaktub dalam hadits Rasulullah SAW yang artinya:
“Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah”. (HR. Muslim)

Tolak ukur wanita itu bisa dikatakan shalehah atau tidak adalah ketaqwaannya. Dan kadar ketaqwaannya itu menetukan tingkat keshalehah wanita tersebut. Sedangkan ketaqwaan itu sedikit banyaknya dapat dinilai dari seberapa besar ketaatannya dalam menjalankan ajaran-ajaran Allah, dan dalam menjauhi segala larangan-Nya.
Banyak poin yang tentunya dapat diamalkan dalam rangka menjadi wanita yang shalehah. Baik poin itu berupa “request “ dari Al-Qur’an, maupun dari kaum yang menyukai wanita itu sendiri, yaitu kaum Adam.

Ketaatan yang akan membungkusi keshalehan tersebut tertuang dalam poin-poin penting yang perlu diperhatikan oleh wanita. Seperti yang tertuang dalam Al-Qur’an surat An-Nur ayat 31:
“Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat….”

Secara prinsip, wanita shalihah adalah wanita yang selalu istiqomah untuk menjalankan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Pesona kemuliaannya bukan dari perhiasan dan aksisoris yang dia gunakan. Sebaliknya, ia selalu menjaga kecantikan dirinya supaya tidak berbuah menjadi fitnah bagi orang lain dan dirinya sendiri. Ini sangat penting dilakukan, karena kecantikan sewaktu-waktu menjadi energi positif, dan bisa juga di waktu yang lain menjadi energi negatif.

Namun ketika ia memiliki keterbatasan fisik, wanita shalehah tidak akan kecewa dan sakit hati terhadap karunia Allah tersebut. Bahkan ia masih dapat bersyukur dengan apa yang ada. Kepribadiannya yang baik yang akan merubah dirinya menjadi lebih indah dan menarik.

Banyak wanita yang dalam kehidupannya bisa sukses, atau yang sering kita sebut dengan wanita karir. Tapi itu semua tidak akan menjamin keshalihannya. Kita tidak dapat hanya mengukur dari kesuksesan dalam karirnya saja, tanpa mengabaikan kesuksesan-kesuksesan lain seperti kesuksesan dalam mengurus rumah tangga, kesuksesan dalam mendidik anak-anaknya, dan bahkan kesuksesan dalam menempatkan dirinya sendiri sebagai Muslimah.

Pandangan tentang wanita shalehah ini tentunya bersifat umum. Baik itu ditujukan kepada wanita yang sudah berkeluarga, maupun bagi wanita yang belum berkeluarga.
Bagi remaja Muslimah, untuk menjadi wanita shalehah membutuhkan komitmen yang tinggi. Lingkungan pergaulan menjadi faktor utama yang menunjang. Lingkungan dalam bergaul sangat besar sekali dalam menentukan perkembangan kepribadian remaja. Bahkan bisa dikatakan bahwa remaja adalah produk lingkungan. Baik itu lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat secara luas.

Keshalehan seorang remaja Muslimah menjadi harga mati dalam kehidupan rumah tangga, jika ia berkeluarga kelak. Karena dia lah yang menjadi pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya, sebagai contoh, pembentuk suasana keluarga yang harmonis.
Tidak hanya sampai di situ. Wanita shalehah juga merupakan kunci penting dalam menentukan kebaikan dan kemajuan suatu bangsa. Sering sekali kita mendengar istilah, “Di belakang pemimpin yang hebat, ada wanita yang luar biasa”. Bahkan wanita adalah tiang negara. Ya, kenyataanya memang benar demikian. Laki-laki tanpa wanita tidak akan jadi apa-apa. Berapa banyak laki-laki yang mendapatkan motivasi untuk bekerja dan berbuat dari wanita? Berapa banyak para bapak yang selalu bersemangat kerana istrinya yang shalehah? Kita tidak bisa memungkiri itu semua.

Sehingga pada akhirnya kita harus bersyukur atas ciptaan Allah yang paling indah ini. Wanita memang sungguh sangat berharga dan tiada taranya. Pengaruhnya sungguh sangat besar. Pesonanya akan selalu bersinar dalam setiap langkah kaki para lelaki.
Minggu, 19 September 2010 | By: Tri Kustanti

Wanita Shalehah

Sungguh tak terbayangkan bagaimana indahnya hidup bersama istri shalihah. Istri yang sejuk dipandang mata, menentramkan hati dan jiwa. Istri yang pandai membahagiakan hati suaminya. Ia tahu apa yang harus ia lakukan sebagai seorang istri terhadap suaminya, sebagai seorang ibu terhadap anak-anaknya, sebagaimana ia dahulu menjadi anak yang berbakti kepada orang tuanya. Kata-katanya santun penuh hikmah. Jika ia senang, tampak dari raut wajahnya yang berseri-seri bak bidadari. Jika marah, ia berusaha menahannya agar tidak diketahui suaminya. Ia selalu meminta maaf meskipun bukan ia yang bersalah. Dan ia selalu memaafkan kesalahan orang lain sebelum mereka memintanya. Itulah ciri wanita shalihah.

Wanita shalihah pandai menjaga lisan, mata dan hatinya. Ia tidak berbicara kecuali yang bermanfaat, tidak melihat kecuali yang halal untuk dilihat, dan tidak pernah menyimpan rasa benci ataupun dendam kepada siapapun. Hatinya luas bak samudera. Jiwanya lembut laksana sutera, namun sikapnya tegas seperti ksatria.

Sungguh tak berlebihan ketika Rasulullah SAW menyebut wanita shalihah sebagai perhiasan terindah yang ada di dunia. Ya, bahkan ia lebih dari itu. Wanita shalihah adalah tulang punggung bangkitnya generasi baru Islam yang akan memimpin dunia. Berapa banyak para ulama dan mujahid yang terlahir dari rahim seorang wanita shalihah. Tanpa belaian dan kasih sayang wanita shalihah, sangat sulit dibayangkan mereka semua bisa menjadi seperti itu.

Sungguh mengagumkan kehidupan yang dilalui wanita shalihah. Ketika masih kecil, ia menjadi anak yang berbakti kepada orang tua. Ketika beranjak dewasa ia menjadi remaja yang pandai menjaga kehormatan dirinya. Ia tidak terbawa arus pergaulan yang dapat merusak akhlaknya. Ketika menikah ia menjadi istri yang tulus dan setia dengan suaminya. Ia tidak pernah mengkhianatimya, baik ketika pergi maupun berada di dalam rumahnya. Setelah dikaruniai anak, ia menjadi seorang ibu yang bijaksana dalam mendidik anak-anaknya. Ia paham bagaimana harus bersikap semestinya. Ia juga mengerti bagaimana menjaga hak dan kewajibannya, baik terhadap Tuhannya maupun sesama manusia.

Namun meskipun demikian, ia tetaplah manusia. Kadangkala benar, kadang pula salah. Ia juga masih memiliki hati nurani dan air mata, sehingga tak jarang hatinya menangis karena terluka. Ia juga membutuhkan seseorang yang sanggup membimbingnya menuju jalan-Nya. Ia juga ingin berbagi cerita tentang kisah hidupnya, baik dalam mengurus anak maupun mengelola keuangan rumah tangga. Ia juga butuh teman yang selalu berada di sisinya dan mengusap air mata di pipinya di kala ia bersedih.

Sungguh wanita shalihah adalah manusia luar biasa yang pernah ada di dunia. Tak heran jika Rasulullah SAW bersabda, “Surga berada di bawah telapak kaki ibu”. Dalam hadits lain ketika ditanya tentang orang yang berhak dilayani beliau bersabda, “Ibumu”, beliau mengulanginya sebanyak tiga kali, baru setelah itu beliau melanjutkan, “Ayahmu”. Bahkan dalam Al-Quran, Allah mengabadikan keagungan wanita dengan sebuah surat bernama An-Nisa (wanita-wanita). Tak hanya itu, bahkan nama salah seorang wanita shalihah pun diabadikan menjadi nama surat, Maryam. Allahu Akbar, Walillahil Hamd. Itulah balasan bagi wanita shalihah.

Dua orang gadis, putri Nabi Syuaib yang berjalan malu-malu adalah contoh wanita shalihah di zaman Nabi Musa. Sebelumnya, Asiah, istri Fir’aun yang telah mengasuh Nabi Musa sewaktu kecil pernah menyembunyikan keimanannya. Begitu juga Ratu Balqis ketika memilih beriman dan akhirnya menjadi istri Nabi Sulaiman. Zulaikha yang semula menggoda dan memfitnah Nabi Yusuf pun akhirnya mengakui kesalahannya dan bertaubat kepada Tuhannya. Istri Imran yang pernah berdoa dan akhirnya dikabulkan doanya sehingga lahirlah Siti Maryam, ibunda Nabi Isa. Istri Nabi Zakariya yang semula disangka mandul, namun ternyata ditakdirkan melahirkan Nabi Yahya. Istri Nabi Ibrahim yang melahirkan Nabi Ismail di usia tua. Semuanya adalah contoh wanita-wanita shalihah yang kisahnya diabadikan dalam Al-Quran. Subhanallah.

Belum lagi Siti Khadijah, Siti Aisyah, Siti Fathimah, Ummu Sulaim, Khansa dan wanita-wanita shalihah lainnya pada zaman Nabi SAW.

Mungkin dunia ini takkan berwarna tanpa hadirnya wanita. Bahkan kenikmatan surga terasa tak lengkap tanpa ditemani wanita. Jika tidak, mengapa Nabi Adam harus ditemani oleh Siti Hawa? Memang wanita bukan segalanya, namun hampir seluruh manusia terlahir dari rahim seorang wanita. Maka beruntunglah bagi wanita shalihah. Wanita yang mengerti kemuliaan dirinya.
Jumat, 17 September 2010 | By: Tri Kustanti

Kunci Menjadi Suami yang Shaleh

Peran suami dalam kehidupan rumah tangga sangatlah vital. Bagamana pun, ia harus berperan secara optimal bersama istri dalam mengarungi kehidupan rumah tangga yang penuh tantangan.

Suami yang baik sudah semestinya berpegang teguh kepada syariat agama dalam segenap urusan kehidupan. Menunaikan kewajiban-kewajibannya, baik yang berhubungan dengan Tuhannya, keluarga, maupun orang-orang yang menjadi tanggungannya dengan ketulusan hati dan penuh rasa tanggung jawab. Ia pantang menyia-nyiakan kewajiban, bahkan ia tunaikan kewajiban itu terlebih dahulu sebelum menuntut haknya.
Beberapa pilar penting yang dapat menyangga bangunan kebahagiaan hidup rumah tangga, yang bisa dilakukan seorang suami di antaranya:

1.Memberikan Sambutan Hangat

Langkah awal untuk menciptakan kebahagiaan keluarga adalah sikap manis yang ditunjukkan seorang suami tatkala pulang ke rumah, baik dari tempat kerja maupun dari berpergian karena kepentingan lain. Rasulullah telah memberi petunjuk kepada para suami tentang bagaimana etika menemui istrinya, yaitu:
o Mengucapkan salam
o Menunjukkan wajah yang berseri
o Jabat tangan, karena bisa mengokohkan ikatan perasaan serta jalinan cinta

2.Berbicara dan Memanggil yang Menyenangkan

Dalam bertutur, seorang suami seharusnya memilih kata-kata yang baik dan ungkapan menarik. Seperti sabda rasulullah, "Kata-kata yang baik itu sedekah" (muttafaq alaih). Tidak terpuji bila suami berbicara dengan istrinya atau dengan orang lain menunjukkan sikap tak peduli, congkak, sombong, sebagaimana layaknya seorang majikan berbicara kepada hamba sahayanya di jaman Jahiliyah dulu.
Demikian pula ketika memanggil. Seyogyanya seorang suami memanggil dengan penggilan kesukaan, karena hal itu merupakan kasih sayang dan penguat jalinan cinta. Dalam Alquran, Allah swt mencegah orang beriman memangil sesamanya dengan nama-nama buruk dan julukan-julukan yang melukai perasaan. Adalah perilaku yang tidak Islami jika seseorang memanggil istrinya dengan panggilan yang melukai hati, seperti: Hai bodoh, hai ceking dan sebagainya.

Bahkan kalau perlu dengan ungkapan manja, sebab dapat membangkitkan kebahagiaan dan melapangkan dada. Sikap seperti ini adalah bagian dari hiburan yang menyenangkan hati dan dibenarkan Islam sebagaimana perilaku Rasulullah yang selalu memanggil Aisyah dengan suara lembut untuk memanjakannya.

3.Membantu Pekerjaan

Satu sikap mulia jika suami mampu menciptakan perasaan senang hati istrinya dengan membantu melaksanakan tugas-tugasnya. Betapa indahnya, jika suami mau membantu mengerjakan tugas-tugas keseharian istrinya dengan penuh tulus ikhlas. Sebaliknya, betapa menyebalkan suami yang tidak peduli dan tidak bersimpati kepada istrinya yang siang malam mengerjakan pekerjaan rumah yang begitu berat. Membantu melakukan pekerjaan rumah akan semakin tinggi nilainya apabila datang situasi darurat, seperti sakit yang menyebabkan fisik lemah, atau saat-saat hamil dan melahirkan.

4.Bermusyawarah dan Saling Menghangatkan

Seorang suami seyogyanya menjaga prinsip musyawarah. Dengan bermusyawarah, akan menciptakan ketenangan hati istri, disamping ia merasa dihargai. Ketika ia menempatkan pada kedudukan yang sepadan, semakin hangatlah hubungan cinta kasih mereka. Musyawarah menjadikan istri merasa ikut memiliki tanggung jawab, sehingga akan menumbuhkan kemampuannya berpikir dan mengatur urusan yang lebih besar.
Urusan yang dimusyawarahkan adalah urusan yang dipahami dan menjadi tanggung jawab istri, seperti: pengaturan anggaran belanja, pendidikan anak, tata ruang rumah, serta urusan eksternal keluarga.

Islam menganjurkan pada pasangan suami istri untuk saling mengingatkan jika salah satu pihak bersalah. Dengan cara seperti itu, letupan-letupan kecil bisa didinginkan sesegera mungkin. Rasulullah ketika berada di rumah membagi waktunya menjadi tiga bagian: sebagian untuk ibadah, untuk keluarga, dan sebagian lagi untuk umat. Bagian keluarga itu beliau manfaatkan untuk memberi pengajaran kepada istri-istrinya.

5.Mencukupi nafkah

Nafkah adalah tanggung jawab utama seorang suami (baik nafkah lahir maupun batin). Nafkah lahir adalah segala kebutuhan rumah tangga dan istrinya baik yang menyangkut sandang, pangan dan papan. Nafkah apabila diberikan kepada istri dengan lapang dada, tanpa sedikit pun unsur kikir, merupakan kontribusi utama yang dapat mendatangkan keseimbangan dan kebahagiaan rumah tangga.
Syariat Islam tidak memberikan standar pasti tentang jumlah nafkah lahir yang harus diberikan kepada istri. Namun syariat mewajibkan suami untuk memberikan nafkah semampunya.

Sementara nafkah batin adalah kebutuhan biologis demi memupuk rasa cinta dan bahagia dalam keluarga. Dalam konteks ini, jumhur ulama berpendapat bahwa melakukan jima' (hubungan seksual) bagi suami, apabila tidak ada halangan, hukumnya wajib. Sebab ia merupakan manifestasi dari rasa kasih-sayang di antara keduanya.
Rasulullah telah mencela orang-orang yang menjauhi istri-istrinya. Juga melarang mereka meninggalkannya terlalu lama meskipun untuk tujuan dzikir, ibadah, dan jihad. Barang siapa yang mengabaikan kewajiban jima', akibatnya berbahaya bagi istri, ia merasa tertekan batinnya dan merasa gelisah sehingga tak dapat merasakan kebahagiaan.

6.Berdandan

Berdandannya suami untuk istrinya tak pelak menambah rasa cinta, sehingga menjadikannya betah untuk selalu memandang dan berada di sampingnya. dengan demikian semakin kokohlah jalinan cinta kasih. Islam menghimbau kepada kaum muslimin untuk selalu dalam keadaan rapi, bersih, indah, serta berbau harum. Itu semua termasuk tradisi fitrah dan petunjuk Rasul. Dari Ayyub berkata, Rasulullah bersabda, "Rasa malu, berminyak wangi, siwak dan nikah adalah tradisi para Rasul" (HR. Tirmidzi).Keengganan suami untuk berdandan, dapat menyebabkan istri menjauhinya dan enggan untuk berada di sampingnya.

7.Mengobati Hati

Seorang suami hendaknya memiliki hati lembut dan perasaan peka, serta dapat memahami perasaan istri, lalu berusaha untuk meringankannya tanpa diminta. Ia obati luka derita itu dengan kata-katanya yang indah dan senyumannya yang tulus. Akhlak ini wajib dimiliki oleh suami untuk menciptakan kebahagiaan dalam rumah tangga. Kehadiran yang disertai dengan dengan senyumannya yang tulus dan kata-katanya yang menghibur, itu semua diperlukan untuk meringankan beban perasaan yang ditanggungnya agar suasana duka bisa berubah menjadi suka, sedih menjadi gembira, dan derita menjadi bahagia.

8.Menjaga Rahasia

Seorang suami harus pandai menyimpan rahasia rumah tangga mereka termasuk urusan jima'. Menceritakan keburukan rumah tangga kepada orang lain sama saja menurunkan kehormatan diri mereka. Wajar, di dalam rumah tangga terjadi percekcokan dan salah paham. Oleh karena itu, jika terjadi persoalan dalam rumah tangga yang melahirkan celaan, umpatan, bahkan perilaku buruk yang tak terkendali, semua itu adalah rahasia rumah tangga yang seharusnya dijaga.

Persoalan yang mencuat harus dilokalisir untuk diselesaikan berdua dengan pikiran jernih, hati yang dingin, dan sikap arif bijaksana. Salah satu kondisi berbahaya yang dapat menghancurkan bangunan rumah tangga, mengoyak tirai kehormatan, dan menyebarluaskan rahasia suami-istri adalah saat-saat hati sedang terbakar api emosi dan kemarahan.

9.Bersikap Santun dan Sabar

Sabar termasuk kunci yang dapat menyejukkan suasana dalam kehidupan rumah tangga. Ketenangan rumah tangga, seberapa pun kadarnya, pasti pernah mengalami goncangan, baik penyebabnya dari luar maupun dari dalam sendiri. Tapi itu bukanlah aib yang tercela. Ia menjadi aib apabila tak kunjung redam atau bahkan semakin berkembang.
Suami seharusnya tetap sabar dan tahan diri menghadapi itu semua, jangan terpancing emosi dan terburu-buru memvonis. Tahanlah perasaan dan selesaikan masalah tanpa menggunakan kekerasan. Hadapi dengan tenang dan sikap lemah lembut, yakinkan dahulu persoalannya dan tempatkanlah ia pada tempatnya dengan kebesaran jiwa.

10.Memaafkan dan Menegur

Sifat ini harus dimilik suami yang shaleh dan menjadi hiasan pada dirinya dalam mengarungi kehidupan rumah tangga. Suami pasti memiliki perangai suka memaafkan. Dengan demikian ia dapat menjalankan roda kehidupan rumah tangga secara baik. Sebaliknya, rumah tangga yang dipimpin oleh suami yang tak memiliki jiwa pemaaf akan menimbulkan banyak masalah. Jiwa pemaaf dan lapang dada sangat dibutuhkan karena suami bisa saja keliru ketika membenci sesuatu pada istrinya.

Watak pemaaf adalah salah satu perangai dari Rasulullah yang telah diwujudkan dalam kehidupan rumah tangganya beserta para istrinya. Riwayat-riwayat yang menceritakan bagaimana beliau menghadapi sikap Aisyah karena dikuasai emosi dan rasa cemburu, merupakan bukti konkrit keteladanannya selain merupakan mutiara agung yang mesti kita pungut.

Semoga dengan mengetahui beberapa pilar di atas bisa menjadikan para suami lebih arif dan bijaksana. Amin.
Kamis, 16 September 2010 | By: Tri Kustanti

Istri Shalehah

Istri yang shalehah adalah yang mampu
menghadirkan kebahagiaan di depan mata
suaminya, walau hanya sekadar dengan
pandangan mata kepadanya. Seorang
istri diharapkan bisa menggali apa
saja yang bisa menyempurnakan
penampilannya, memperindah keadaannya
di depan suami tercinta. Dengan
demikian, suami akan merasa tenteram
bila ada bersamanya.

Mendapatkan istri shalehah adalah
idaman setiap lelaki. Karena memiliki
istri yang shalehah lebih baik dari
dunia beserta isinya. ''Dunia adalah
perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan
dunia adalah istri shalehah.'' (HR
Muslim dan Ibnu Majah).

Di antara ciri istri shalehah adalah,
pertama, melegakan hati suami bila
dilihat. Rasulullah bersabda, ''Bagi
seorang mukmin laki-laki, sesudah
takwa kepada Allah SWT, maka tidak ada
sesuatu yang paling berguna bagi
dirinya, selain istri yang shalehah.
Yaitu, taat bila diperintah, melegakan
bila dilihat, ridha bila diberi yang
sedikit, dan menjaga kehormatan diri
dan suaminya, ketika suaminya pergi.''
(HR Ibnu Majah).

Kedua, amanah. Rasulullah
bersabda, ''Ada tiga macam
keberuntungan (bagi seorang lelaki),
yaitu: pertama, mempunyai istri yang
shalehah, kalau kamu lihat melegakan
dan kalau kamu tinggal pergi ia amanah
serta menjaga kehormatan dirinya dan
hartamu ...'' (HR Hakim).

Ketiga, istri shalehah mampu
memberikan suasana teduh dan
ketenangan berpikir dan berperasaan
bagi suaminya. Allah SWT
berfirman, ''Di antara tanda kekuasaan-
Nya, yaitu Dia menciptakan pasangan
untuk diri kamu dari jenis kamu
sendiri, agar kamu dapat memperoleh
ketenangan bersamanya. Sungguh di
dalam hati yang demikian itu merupakan
tanda-tanda (kekuasaan) Allah bagi
kaum yang berpikir.''( QS Ar Rum [30]:
21).

Beruntunglah bagi setiap lelaki yang
memiliki istri shalehah, sebab ia bisa
membantu memelihara akidah dan ibadah
suaminya. Rasulullah
bersabda, ''Barangsiapa diberi istri
yang shalehah, sesungguhnya ia telah
diberi pertolongan (untuk) meraih
separuh agamanya. Kemudian hendaklah
ia bertakwa kepada Allah dalam
memelihara separuh lainnya.'' (HR
Thabrani dan Hakim).

Namun, istri shalehah hadir untuk
mendampingi suami yang juga shaleh.
Mari kita belajar untuk menjadi istri
yang shalehah..
Selasa, 07 September 2010 | By: Tri Kustanti

Menyambut Hari nan Fitri

Indahnya ramadhan tinggal menghitung hari
Syukur yang amat kupanjatkan kepadaMu Ya Rabb
Ku rindukan ramadhan itu datang kembali
Hingga jiwa ini selalu dekat denganMu

Kini akan datang hari nan suci
Di hari yang penuh maaf
Ku katupkan kedua tanganku
untuk meminta maaf kepada saudaraku

Maaf lahir bathin ku haturkan
Semoga kita menuju jiwa kemenangan
Taqobbalallahu Minna Wa Minkum
Taqobbal Yaa Karim....
Senin, 06 September 2010 | By: Tri Kustanti

Kerinduan PadaMu

Assalamu’alaikum,
Udah berapa lama yah gak nulis,,,ehm,,seminggu kali yah, lumayan lama soalnya kemarin-kemarin blom sempet nulis banyak kerjaan,,,gak selesai-selesai, gila kan seharusnya udah libur yah persiapan buat lebaran, kebanyakan orang udah sibuk beres-beres rumah buat menyambut hari kemenangan. Tapi sehari pulang ke rumah kemarin kulaksanakan tugasku sebagai anak perempuan, walaupun belum kelar sih masih buaaaaanyak banget yang harus dibereskan,,capek deh,, tapi gak apa-apa aku seneng bisa meringankan pekerjaan mama di rumah setidaknya waktu untuknya istirahat bisa lebih banyak.

Pengen nangis rasanya, targetku di bulan suci ini belum terlaksana, akankah ku dipertemukan di tahun depan? Setidaknya itu harapan kita semua. Padahal masih sedikit lagi niatku terlaksana tapi Allah berkehendak lain, apa boleh buat, insyaallah kan ku tunaikan di bulan Syawal nanti.

Wah ada pesawat mendarat, pastinya orang pada mudik pulang ke kampung halamannya. Senengny bisa berkumpul lagi dengan keluarga setidaknya ada rasa kangen yang tertahan di benak mereka. Pernah kulihat di televisi sebuah keluarga mudik ke kampung halaman menggunakan becak, masyaallah salut lihat semangat mereka unutk berkumpul dengan keluarganya. Kalo gak salah yah tujuannya ke Semarang, keluarga ini trauma dengan suasana mudik di stasiun karena penumpang yang membludak. Sehingga mereka sekeluarga menggunakan becak yang mengayuhnya ayah mereka dengan ibu serta tiga anaknya yang masih kecil-kecil. Sedangkan anak laki-lakinya mengayuh sepeda di sebelah becak ayahnya.

Bayangkan, cuacanya yang panas mengayuh sepeda dengan jarak yang sangat jauh perjalanan mereka memakan waktu hingga 20 hari, subhanallah alangkah besarnya niat mereka untuk bersua dengan keluarganya di kampung. Semoga mereka diberikan keselamatan hingga tujua, amin.

Sepatah dua patah…..
Dengan hati yang tawadhu ku niatkan untuk selalu dekat denganMu Ya Rabb,
Dengan hati yang lapang ku terima semua kehendakMu,
Dengan hati yang ikhlas ku jalani hari-hariku,
Dengan hati ini ku ingin selalu berada dalam naunganMu.

Jika hati ini lalai tegurlah aku
Jika tutur kata ini menyakiti maafkanlah aku
Jika mata ini salah memandang, istighfar dalam hatiku
Jika dalam candaku melukai berikanlah maafmu.

Kini jalan kesurgaMu akan segera berlalu
Dan aku belum menjadi hambaMu seutuhnya
Jika ramadhan ini akan berlalu pertemukanlah kami pada bulan suci berikutnya
Bukakanlah selalu pintu maafMu buat kami
Karena kami ini hambaMu yang berlumur dosa
Ijabahkanlah setiap do’a kami
Sabarkanlah hati kamu untuk selalu dekat denganMu
Hanya padaMu Ya Rabb Kami Kembali.